Perbedaan
Teori vygotsky dan Piaget :
Teori
Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang
tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan
bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan
penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti
bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Menurut teori Vygotsky,
Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual development dan
potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah
menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan
anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan
mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan,
siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin
secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Teori Vygotsky yang lain
adalah “scaffolding“.
Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa
untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal developmentnya.
Scaffolding adalah memberikan kepada
seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran
dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak
tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan
siswa dapat mandiri
Penerapan teori belajar
Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat dijabarkan sebagai
berikut :
A
. Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif,
guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah
teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam Zone of proximal developmnet dan
guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui ZPD.
B . Secara
khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga
berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara
kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
C
. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi
pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak
mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa
lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru
saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan
yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
Teori Belajar
Vygotsky
Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan
manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial
dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental
seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan
temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat
ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan
bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.
Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan
fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar
dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental
yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.
Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan”
tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat
itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih
tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang
lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin
anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama
dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Menurut vygotsky (1962),
keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui
interaksi sosial langsung. Informasi tentang
alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal
kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui
pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam
suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi
matang.
Meskipun
pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang
jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan
pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Vygotsky
mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses
belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses
pematangan. Vygotsky
membedakan antara aktual development dan potensial development pada anak.
Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa
bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah
petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zone of proximal
developmnet merupakan celah antara actual development dan potensial
development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa
bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan
arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD
pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa
mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan
akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya
bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis
dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan
suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak
melalui Zone of proximal developmentnya.
Scaffolding adalah memberikan kepada
seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran
dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak
tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan
siswa dapat mandiri
Penerapan Teori
Belajar Vygotsky Dalam Interaksi Belajar Mengajar
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam
interaksi belajar mengajar mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Walaupun
anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif
mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti
anak-anak bekerja dalam Zone of proximal developmnet dan guru menyediakan
scaffolding bagi anak selama melalui ZPD.
2. Secara
khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga
berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara
kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan
tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh
teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang
agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak
lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu
sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain
dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
Pembelajaran
Kooperatif
Metode Pembelajaran Kooperatif adalah suatu
metode pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif
adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham sosial.
Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative
Learning”, bahwa metode pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar
belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan, untuk itu harus diterapkan lima
unsur metode pembelajaran kooperatif yaitu :
1. Saling ketergantungan
positif.
Keberhasilan suatu karya
sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok
kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga
setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
dapat mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung jawab
perseorangan.
Pengajar yang efektif dalam
metode pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian
rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung
jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka.
Dalam metode pembelajaran
kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini
adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar
anggota.
Unsur ini menghendaki agar
para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena
keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat
mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses
panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu
ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental
dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses
kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan
waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif
meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2. Penerimaan terhadap
perbedaan individu
Tujuan lain metode
pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang
berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan
keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga dari
metode pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan
bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki
oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan
sosial.
Peer Tutoring
(Tutor Sebaya)
Peer
Tutoring atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya,
ada beberapa ahli ada yang meneliti masalah ini diantaranya, adalah
Edward L. Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia
menyebutkan pengertian tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar
siswa lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama.
Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang
lain kadang dimunculkan pertukaran usia pengajar.
Pembelajaran
dengan tutor sebaya dilakukan atas dasar bahwa ada sekelompok siswa yang lebih
mudah bertanya, lebih terbuka dengan teman sendiri dibandingkan dengan gurunya.
Dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktf karena tidak
malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, sebagaimana
diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para
tutor dengan siswa-siswanya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam
hatinya, dan khayalannya. Pembelajaran dengan tutor sebaya tampaknya memudahkan
siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada
temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu. Hal
tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk bahasa mereka
sendiri, tingkah laku, dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat diterima
oleh semua siswa.
Jadi,
pembelajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu
atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi
siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan
kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan,
bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih
kreatif dalam menerima pelajaran.
Kelebihan pembelajaran dengan tutor sebaya
dapat meminimalisir kesenjangan yang terjadi antara siswa yang prestasinya
rendah dengan siswa yang prestasinya lebih tinggi dalam suatu kelas.
Selanjutnya siswa termotivasi dalam menyelesaikan tugas dan motivasi itu
diharapkan tumbuh dari terciptanya hubungan yang saling menentukan dan
membutuhkan antara guru, siswa yang prestasinya tergolong tinggi dan siswa yang
prestasinya rendah. Dampak semuanya ini, seorang guru dituntut untuk
mempersiapkan, memaksimalkan kemampuannya tanpa harus menjadi informatory
(pemberi informasi) saja tetapi guru juga berfungsi sebagai mediator,
komunikator, dan fasilitator sehingga guru mampu memberikan tugas yang sesuai
dengan tingkat kematangan siswa yang pada akhirnya dapat memotivasi siswa dalam
peningkatan prestasi belajar.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Teori belajar Vygotsky
memberi penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky
menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau
belajar dalam zone of proximal development. Zone of proximal developmnet
merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana
antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa
dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau
kerjasama dengan teman sebaya
2. Teori Vigotsky dalam
kegiatan pembelajaran juga dikenal apa yang dikatakan scaffolding yaitu
memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada
anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
mampu melakukannya sendiri
3. Bentuk penerapan teori
belajar Vygotsky adalah melalui metode pembelajaran kooperatif dan metode
pembelajaran peer tutoring (tutor sebaya).
4. Metode Pembelajaran Kooperatif
adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih
5. Pembelajaran dengan tutor
sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Pembelajaran dengan
tutor sebaya dilakukan atas dasar bahwa ada sekelompok siswa yang lebih mudah
bertanya, lebih terbuka dengan teman sendiri dibandingkan dengan gurunya.
Jean Piaget
dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan
adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis (
perkembangan jiwa). Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi
biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu
lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk
lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat
pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian &
kendaraan untuk transportasi.
Jean
Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami
dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget
seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi
oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi
atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara
genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan
belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang
di sekitar dan belajar darinya.
Tahap – tahap Perkembangan
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Inti dari implementasi teori Piaget dalam
pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1. Memfokuskan
pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di
samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak
sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan
dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri
dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget
penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.
3. Tidak
menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk
menjadikan
anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4.
Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan
yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
Dengan
pengertian teori dari vygotsky dan piaget tersebut, dan juga dengan mengamati
video dari PAUD SKB pemalang, Jawa Tengah, maka kita dapat dapat mendapatkan
beberapa persamaan dan perbedaan dalam dari teori vygotsky dan piaget jika
diterapkan di proses belajar mengajar PAUD SKB pemalang.
Persamaan
teori Vygotsky dan Piaget jika diterapkan di PAUD SKB pemalang, Jawa Tengah ;
a.
Sama-sama mementingkan peran anak dalam proses belajar mengajar.( Pengenalan
dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali)
b. Walaupun
mementingkan peran anak tetapi secara teoritis guru juga harus memahami proses
yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
A.Pengertian Kognitif
Kognitif adalah
salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan
potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori
kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik,
yang lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang
datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru
diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus
memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran,
pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan
sebagainya.
Akan tetapi apa arti kognitif yang
sebenarnya? Lalu apa perkembangan kognitif itu?
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari
Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka
sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan
organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
mengintegasi proses-proses sendiri menjadi system - sistem yang koheren.
Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Piaget
yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan
akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke
dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi
ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
B. Prinsip Dasar Teori Piaget
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan
intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi
biologi & psikologis ( perkembangan jiwa).
Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
Faktor yang
Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif, yaitu :
- Fisik
Interaksi antara individu
dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia
fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi
individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
- Kematangan
Kematangan sistem syaraf
menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum
dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan
sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara
kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung
pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
- Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk
peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat
perkembangan struktur kognitif
- Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan
pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan
maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang
menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
C. Aspek
Inteligensi
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1. Struktur
Disebut juga scheme (skemata/Schemas).
Struktur & organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih
dari meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia
dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri.
Struktur kognitif merupakan mental framework yg dibangun seseorang dengan
mengambil informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya,
mereorganisasikannya serta mentransformasikannya (Flavell, Miller & Miller)
2
hal penting yg harus diingat tentang membangun struktur kognitif :
- seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses.
- lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembanga struktural.
2. Isi Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku
spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. Merupakan materi kasar,
karena Piaget kurang tertarik pada apa yg anak-anak ketahui, tapi lebih
tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang
penting dibanding dengan struktur & fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari
inteligensi, sedangkan “bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh kognitif
atau intelektual.
3. Fungsi Disebut fungtion, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun.
Semua organisme hidup yg berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi
melalui proses organisasi &
adaptasi. Organisasi: cenderung untuk mengintegrasi diri & dunia ke
dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yg penuh arti,
sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan
terjadi dalam 2 cara :
a) organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa
dengan dirinya. Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar &
mencocokkannya ke dalam struktur yg sudah ada. contoh: manusia mengasimilasi
makanan dengan membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yg mereka makan
menjadi bagian dari diri mereka.
b)
organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya.
Proses ini disebut akomodasi.
Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri
untuk memenuhi kebutuhan eksternal. contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi
makanan tapi juga mengakomodasikannya dengan mensekresi cairan lambung untuk
menghancurkannya & kontraksi lambung mencernanya secara involunter.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem
kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu
tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang
individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas.
D. Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget, merancang model yang
mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan
mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk
(2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan),
aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan
perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan
kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial
berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Tahap – tahap Perkembangan
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa
tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial / persepsi
penting dalam enam sub-tahapan :
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya
kebiasaan-
kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan
koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya
kemampuan untuk
melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau
kelihatannya berbeda
kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama
dengan penemuan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan
tahapan awal kreativitas.
2. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut
Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul
antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif
bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu,
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
3. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama
tahapan operasional konkrit adalah :
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek
dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak
akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau
benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau
jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan
dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir
yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke
gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4. Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai
tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi
urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang
diloncati dan tidak ada
urutan yang mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi : representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi : representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi
pengetahuan
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara
logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen
dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan
terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model
berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Pembelajaran dilakukan dengan
memusatkan perhatian kepada :
Ø
berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan
peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan
individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan
intelektual anak.
Ø
Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar
pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan
benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk
menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir
konservasi.
Ø
Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh
semua individu tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya , yang
mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan
intelektual.
Ø
Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses
perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
Ø
Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada
saat siswa menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka membangun
dan memodivikasi pengetahuan awal mereka.
Ø
Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara
terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut
Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang
lingkungan yang mereka hayati. PBI dikembangkan berdasarkan kepada teori Piaget
ini.
Ø
Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa
pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan
jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada
juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai
usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
E. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Dalam Pembelajaran, adalah :
- Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
- Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
- Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai
tahap perkembangannya.
- Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Inti dari
implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1. Memfokuskan
pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di
samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak
sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan
dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri
dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget
penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.
3. Tidak
menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk
menjadikan
anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4.
Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan
yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
F. Kritik terhadap Teori Piaget
1. Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan
bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation)
dalam usia
yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget.
2. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru
2. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru
mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di
atas 6 bulan.
Balillargeon dan De Vos (1991) ; 104 anak diamati sampai
mereka berusia
18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional
formal berdasarkan
tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian
hipotesa. Mayoritas
anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional
formal. Hal ini
sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta
Baillargeon dan
DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan
kemampuan
anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan
anak-anak yang lebih
tua.
3. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa
3. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa
mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa
kanak-kanak.
Perbedaan
teori Vygotsky dan Piaget jika diterapkan di PAUD SKB pemalang, Jawa Tengah ;
Gagasan
tentang kelompok kerja kreatif diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh
teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang
agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak
lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu
sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain
dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
Piaget
Penerimaan
terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang
sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
Dengan
dasar tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses belajar mengajar di
PAUD SKB pemalang, Jawa Tengah sebenarnya menggunakan kedua teori tersebut,
namun lebih mengarah ke teori vygotsky. Dengan alasan bahwa dalam proses
belajar mengajar siswa setelah diajak bernyanyi lalu diajak bermain, dengan
mengambil alat-alat bermain dan bermain dengan teman-teman sebayanya, tentu
saja setelah diajari oleh guru. Dalam proses ini menerapkan teori scaffolding
yaitu memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada
anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
mampu melakukannya sendiri. Dan penerapan teori belajar Vygotsky melalui
metode pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran peer tutoring (tutor
sebaya). Serta eori belajar Vygotsky memberi penekanan pada hakikat
sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi
apabila peserta didik bekerja atau belajar dalam zone of proximal development.
Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual development dan
potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Referensi
;
http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/31/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajar-mengajar/
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan/
Daftar Pustaka
Akrom. (2007). Penerapan Metode Tutor Sebaya dan Penilaian
oleh Teman Sebaya dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran mata pelajaran
Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi pada siswa kelas SMK (Penelitian).
http://smkswadayatmg.wordpress.com. Diakses tanggal 19 Februari 2009
Anita Lie. (2007). Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Anwar holil. (2008). Teori Vygotsky Tentang Pentingnya Strategi Belajar. http://anwarholil.blogspot.com/2008/.
Diakses tanggal 16 Februari 2009.
Nurita Putranti. (2008). Tutor Sebaya. http://nuritaputranti.wordpress.com.
Diakses tanggal 19 Februari 2009
Sitti Rahmawati. (2007). Peningkatan prestasi belajar Siswa kelas XII IPA 7 Terhadap Redoks dan
elektrokimia dengan Menggunakan Sistem Tutor Sebaya (Penelitian Tindakan Kelas).
http://oke.or.id.
Diakses tanggal 25 Februari 2009
Valmband. (2008). Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky. http://valmband.multiply.com/.. Diakses tanggal 16
Februari 2009.


1 komentar:
kelebihan dan kelemahan dari masing-masing teori perlu dicantumkan juga
Post a Comment