Keberadaan
guru di mayapada sudah ada sejak jaman dulu. Sejak manusia paling awal
diciptakan, yaitu Nabi Adam A.S. Guru Nabi Adam A.S. adalah guru dari segala
guru, guru dari para penemu, guru dari makhluk paling soleh, yaitu Allah SWT.
yang Maha Tahu. Dalam Al Quran diterangkan Allah SWT. yang mengajarkan pada
Adam segala sesuatu tentang benda yang ada di dunia. Selanjutnya Nabi Adam
mengajarkannya pada Siti Hawa, begitu seterusnya.
Istilah
guru pada saat ini mengalami penciutan makna. Guru
adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru
seandainya di berada di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru,
tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja bertindak seperti
guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.
Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari dulu
sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk
menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang harus manusia
lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya
memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal. Orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi
manusia yang dapat berkembang optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang
dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.
Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena
antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat
mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk di kelas I SD, gurulah
yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu
persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara benar. Guru pula yang
memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan
mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak
bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di
kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru-lah yang
menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi
perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan
profesionalisme.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran
dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan
masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan
memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif,
professional dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai :
1.
Orang tua, yang penuh kasih saying pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi
para peserta didik.
3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan,
dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk
dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran
pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung
jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan
dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar
peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru
dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswanya.
Saat ini permasalahan yang menimpa bidang pendidikan
sangat beragam dan tergolong berat. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan,
tenaga pengajar yang kurang, serta tenaga pengajar yang belum kompeten. Kondisi
sekolah yang memprihatinkan, ruang kelas bocor bila hujan dan sebagian sekolah
ambruk. Maka tidaklah aneh kalau kondisi pendidikan kita jauh dari harapan.
Salah
satu permasalahan yang menimpa dunia pendidikan adalah kompetensi guru. Guru
yang harusnya memiliki kompetensi sesuai ketentuan dan kebutuhan, nyatanya
hanya sedikit yang masuk kategori tersebut. Sisanya sungguh memprihatinkan.
Program sertifikasi guru yang sekarang sedang digalakkan adalah salah satu
bagian dari usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.
Program sertifikasi guru merupakan program yang menyentuh
langsung kompetensi guru. Salah satu kriterianya yaitu menilai kemampuan guru
dari segi kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran. Diharapkan guru dapat
melakukan pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa ke arah sikap kreatif dan
inovatif serta trampil. Kondisi tersebut harus dimulai dari gurunya sendiri.
Sebagai contoh derasnya informasi serta cepatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas
utama guru yang disebut “mengajar”. Masih perlukah guru mengajar di kelas
seorang diri, menginformasikan, menjelaskan dan menerangkan? Permasalahan lain
akibat derasnya informasi dan munculnya teknologi baru adalah kesiapan guru
untuk mengikuti perkembangan tersebut. Seorang guru dituntut harus serba tahu
bila tidak tahu guru harus berkata jujur “Saya tidak tahu”. Namun kalau terlalu
sering guru berkata demikian alangkah naifnya guru tersebut. Seyogyanya dia
terus mencari tahu, belajar terus sepanjang hayat, memanfaatkan teknologi yang
ada.
Di masyarakat, seorang guru diamati dan dinilai
masyarakat, di sekolah dinilai oleh murid dan teman sejawatnya serta atasannya.
Peran apakah yang harus dilakoni seorang guru supaya penilaian mereka positif?
Suatu pertanyaan -yang menjadi salah satu permasalahan- yang sekarang muncul di
masyarakat.
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat
membentuk kompetensi dan kualitas pribadi anak didiknya. Untuk mencapai hal
demikian timbul pertanyaan, sebenarnya peran apa saja yang harus dimiliki oleh
seorang guru sehingga anak didik bisa berkembang optimal? Cukupkah peran guru
seperti yang telah disampaikan di atas ataukah ada peran lain yang harus
dilakoni seorang guru ?
Beragam pertanyaan tadi dapat menyebabkan demotivasi bagi
seorang calon guru ataupun guru yang sudah lama mengabdi. Apakah saya mampu
menjadi guru yang ideal? Peran apa yang harus saya lakoni untuk menjadi guru
yang ideal? Demikian pertanyaan yang timbul dalam hati seorang guru yang
berniat mengabdikan sisa hidupnya di dunia pendidikan.
Pertanyaan tersebut sebelumnya telah menggugah sejumlah
pengamat dan akhli pendidikan. Mereka telah meneliti peran-peran apa yang harus
dimiliki seorang guru supaya tergolong kompeten dalam pembelajaran maupun
pergaulan di masyarakat.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian
tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah
diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta
Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut
:
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri dan disiplin.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai
factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam
berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran
peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu
menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,
Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi
standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal,
guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan
semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan,
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran
perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik
tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang
lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi
yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut.
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan
mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan
kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat
secara psikologis.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004
yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan
penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan
yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga
bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat
dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan
untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru
dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih
mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang
dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya
pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang
peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman
yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh
peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang
juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik
dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang
besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi
ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan
bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan,
Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup
secara umum
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi
peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara
apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari
kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa
dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
8.
Guru Sebagai Pribadi
Guru
harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa
digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru
bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau
diteladani.
Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang
dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan
nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan
bagi peserta didik.
Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan
masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga,
keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa
diterima oleh masyarakat.
9. Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu
diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena
itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya
guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya
dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya
ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.
10. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses
kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan
merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai
oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak
dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk
menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta
didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu
secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
11. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai
kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal
ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan
kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam
berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari
proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
12. Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu,
serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika
kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau
merusak keefektifan guru pada semua peranannya.
13. Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah
kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan
hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras
untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang
menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk
mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang
bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
14. Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan
menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu.
Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan
dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui
cerita.
Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan
cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu
sangat bermanfaat bagi manusia.
Cerita
adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia
bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,
menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang
bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk
membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
15.
Guru Sebagai Aktor
Sebagai
seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus
ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu
memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya
sehingga dapat dikontrol.
Sebagai
aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan
mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon
bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.
16.
Guru Sebagai Emansipator
Dengan
kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap
insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi
kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali
membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan
dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran
sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan
mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya
diri.
17.
Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi
atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih,
dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Penilaian
harus adil dan objektif.
18.
Guru Sebagai Pengawet
Salah
satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna
bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan.
Sarana
pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum.
Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.
19.
Guru Sebagai Kulminator
Guru
adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga
akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai
evaluator.
Guru
sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta
mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang
sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru.
Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon
guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi
tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat
harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak
akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut
bergerak menuju kehancuran. (Bahan dirangkum dari berbagai sumber).


0 komentar:
Post a Comment